Ilmu Pengetahuan
A.
Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Empat
Sikap yang Ilmiah
Menurut
Decartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi; oleh Bacon dan David Home
diartikan sebagai pengalaman indera dan batin; menurut Immanuel Kant
pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan teori Phyroo
mengatakan, bahwa tidakada kepastian dalam pengetahuan. Dari berbagai macam
pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide,
kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan karena
tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk
mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah. Sikap yang bersifat ilmiah itu meliputi empat hal:
1) Tidak
ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang
objektif.
2) Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung
oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
3) Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera
dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.
4) Merasa
pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Teknologi
A.
Pengertian Teknologi
Teknologi
adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani. Jacques Ellul
dalam tulisannya berjudul “ The Technological Society” (1964) tidak mengatakan
teknologi tetapi teknik. Jadi teknik menurut Ellul adalah berbagai usaha,
metode dan cara untuk memperoleh hasil yang sudah distandardisasi dan
diperhitungkan sebelumnya.
B.
Ciri-ciri Fenomena Teknik Pada
Masyarakat
Fenomena
teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Rasionalitas,
artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
2) Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3) Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis.
Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi
kegiatan teknis.
4) Teknis
berkembang pada suatu kebudayaan.
5) Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6) Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
7) Otonomi,
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
C.
Ciri-ciri Teknologi Barat
Teknologi
tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi Barat, yang sering masuk
dengan ditunggangi oleh segelintir orang atau kelompok yang bermodal besar.
Ciri-ciri teknologi Barat tersebut adalah :
1) Serba
intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dan
lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu
sendiri.
2) Dalam
struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3) Kosmologi
atau pandangan teknologi Barat adalah : menganggap dirinya sebagai pusat yang
lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemajuan secara linier, memahami realitas
secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak
dengan alam.
Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Nilai
Ilmu
pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini
besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan
pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Penerapan
ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai,
moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput dari falsafah
pembangunannya itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara orientasi produksi
dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut
segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
Kemiskinan
A.
Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dll.
B.
Ciri-ciri Manusia yang Hidup di Bawah
Garis Kemiskinan
Atas
dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak
memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan, dsb.
2) Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
3) Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus
membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
4) Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self employed), berusaha apa saja.
5) Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
C.
Fungsi Kemiskinan
Kalau
kita menganut teori fungsionalis dari statifikasi (tokohnya Davis), maka
kemiskinanpun memiliki sejumlah fungsi yaitu:
1) Fungsi
ekonomi : penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial,
membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat
pemulung).
2) Fungsi
sosial : menimbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber
imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain
dan merangsang munculnya badan amal.
3) Fungsi
kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi
sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
4) Fungsi
politik : berfungsi sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk
musuh bersaing bagi kelompok lain.
Walaupun
kemiskinan mempunyai fungsi, bukan berarti menyetujui lembaga tersebut. Tetapi,
karena kemiskinan berfungsi maka harus dicarikan fungsi lain sebagai pengganti.
Contoh permasalahan
atau kasus beserta solusinya :
Faktor
Kemiskinan
Di Negara Indonesia Ini, Banyak
anak-anak yang terlantar karena orang tuanya yang tidak mampu membiayai anaknya
sekolah, sehingga lama-kelamaan akan menghasilkan generasi yang tidak
mengerti ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dan inilah titik awal dari faktor-faktor
kemiskinan karena pendidikan yang tidak tinggi.
Solusi :
Sebaiknya pemerintah setempat
memikirkan hal-halnya yang seperti ini, pemerintah sebaiknya menyediakan
fasilitas pendidikan gratis bagi para anak-anak jalanan yang putus sekolah
sehingga mereka mendapatkan pendidikan maksimal guna menghadapi masa depan yang
cemerlang. Dan pada hakikatnya kalau pemerintah menyediakan fasilitas
pendidikan berarti pemerintah juga secara tidak langsung memberantas kemiskinan
yang ada di Negara Indonesia ini.
Sumber :
Ahmadi, H.
Abu.2009.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:PT RINEKA CIPTA.
Darmansyah.1986.Ilmu
Sosial Dasar.Surabaya:Usaha Nasional.
Harwantiyoko
dan Neltje F. Katuuk.1997.MKDU Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:Gunadarma.
Soedarno, P,
dkk.1992.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar